Friday, February 26, 2016

DISPLAY CITRA DIGITAL PENGINDERAAN JAUH (BAB I : Hal 1)


Laju pertambahan penduduk dunia yang begitu cepat telah membawa dampak terhadap laju perubahan penggunaan lahan, penurunan luas dan kualitas sumberdaya hutan. Di Indonesia, sektor kehutanan telah memberikan sumbangan yang sangat besar dalam menunjang pertumbuhan ekonomi.  Dampaknya, hutan mendapat tekanan untuk kepentingan berbagai sektor seperti pertanian, pertambangan, perikanan dan sebagainya. Laju penurunan kualitas dan kuantitas hutan yang terjadi sekarang ini diperkirakan lebih cepat dibandingkan dengan yang pernah terjadi sebelumnya. Untuk menjaga eksistensi fisik dan kualitas hutan tetap terjaga diperlukan suatu pengelolaan yang berdasarkan azas kelestarian dan lingkungan. Pengelolaan hutan yang terintegrasi perlu didukung oleh data/informasi dasar tentang kondisi fisik hutan.  Data yang multi-waktu juga sangat bermanfaat untuk memperkirakan laju dan arah terjadinya perubahan, sehingga kegiatan antisipasi dapat segera dilakukan. Mengingat laju perubahan hutan yang begitu cepat maka data yang dibutuhkan adalah data terbaru yang dapat diperoleh  secara cepat, akurat dan efisien. Dalam kaitannya sebagai sarana pengumpul data serta pendeteksian perubahan-perubahan tersebut, penginderaan jauh memegang peranan yang sangat penting karena mampu memberikan informasi secara lengkap, cepat dan relatif akurat.
Meskipun secara keilmuan penginderaan jauh sering dipandang sebagai cabang ilmu geografi dengan penekanan pada pengamatan vegetasi dari suatu kejauhan, adanya kepentingan di bidang-bidang lainnya seperti kehutanan, pertanian, geologi, hidrologi, kelautan, cuaca dan lingkungan menyebabkan aplikasi penginderaan jauh berkembang pesat pada sektor-sektor tersebut.  Secara umum, dapat dikatakan bahwa rimbawan/wati dan geologiawan/wati adalah pemakai utama data penginderaan jauh ini, karena sarana ini (1) mampu memberikan data yang unik yang tidak bisa diperoleh dengan menggunakan sarana lain, (2) mempermudah pekerjaan lapangan dan (3) mampu memberikan data yang lengkap dalam waktu yang relatif singkat dan dengan biaya yang relatif murah. Pengumpulan data menggunakan metoda konvensional survey lapangan memerlukan waktu yang lama, dan pada daerah-daerah yang bertopografi berat, pelaksanaannya menjadi tidak praktis.  Berangkat dari pengalaman tersebut, rimbawan telah banyak menggunakan teknik inventarisasi dengan menggabungkan penggunaan sarana penginderaan jauh dan metoda survey lapangan seperti metoda pengambilan contoh bertingkat (multi-stage) dan berganda (double sampling).
Apa itu Penginderaan Jauh?
Istilah penginderaan jauh merupakan terjemahan dari remote sensing yang telah dikenal di Amerika Serikat sekitar akhir tahun 1950-an.  Kemudian sekitar tahun 1970-an istilah ini diperkenalkan di beberapa negara Eropa, seperti tèlèdetèction (Perancis), telepercèpcion (Spanyol) dan fernerkundung (Jerman). Menurut Manual of Remote Sensing (American Society  of Photogrammetry, 1983), pengertian remote sensing (penginderaan jauh) didefinisikan sebagai ilmu dan seni pengukuran untuk mendapatkan informasi suatu obyek atau fenomena, menggunakan suatu alat perekaman dari suatu kejauhan, dimana pengukuran dilakukan tanpa melakukan kontak langsung secara fisik dengan obyek atau fenomena yang diukur/diamati.
Pada saat ini, penginderaan jauh tidak hanya mencakup kegiatan pengumpulan data mentah, tetapi juga mencakup pengolahan data secara otomatis (komputerisasi) dan manual (interpretasi), analisis citra dan penyajian data yang diperoleh. Kegiatan penginderaan dibatasi pada penggunaan energi elektromagnetik.
Apa itu teknik analisis citra digital?
Analisis diartikan sebagai kegiatan penguraian dan atau penelaahan data serta hubungan antar komponen data itu sendiri, dalam hal ini adalah nilai kecerahan (Brightness Value/BV) atau nilai digital (Digital Number/DN).  Kegiatan analisis ini dapat dilakukan setelah dilakukan kegiatan pengolahan citra (image processing).  Dikatakan data digital oleh karena data-data yang diolah adalah data-data numerik yang besarannya dinyatakan dengan bit.  Semakin besar bitnya maka semakin banyak kemungkinan kandungan informasi yang ada di dalamnya.   Pada umumnya data yang digunakan adalah data 8 bit dengan variasi sebesar 256 level (28).
Apa itu Resolusi?
Resolusi Spasial
Resolusi spasial adalah ukuran terkecil dari suatu bentuk (feature) permukaan bumi yang bisa dibedakan dengan bentuk permukaan di sekitarnya atau yang ukurannya bisa diukur (Gambar 1.1).  Pada potret udara, resolusi adalah fungsi dari ukuran grain film (jumlah pasangan garis yang bisa dibedakan per mm) dan skala.  Skala adalah fungsi dari panjang fokus dan tinggi terbang.  Grain film yang halus memberikan detail obyek lebih banyak (resolusi yang lebih tinggi) dibandingkan dengan grain yang kasar.  Demikian pula, skala yang lebih besar memberikan resolusi yang lebih tinggi .
Resolusi spasial dari citra non-fotografik (yang tidak menggunakan film) ditentukan dengan beberapa cara.  Diantaranya yang paling umum digunakan  adalah berdasarkan dimensi dari instantaneous field of view (IFOV) yang diproyeksikan ke bumi. IFOV ini merupakan fungsi dari ukuran detektor, tinggi sensor dan optik.  Pada sensor digital seperti generasi Landsat dan SPOT, sensor merekam kecerahan (brightness) semua obyek yang ada di dalam IFOV. Brightness adalah jumlah radiasi yang dipantulkan atau diemisikan dari permukaan bumi. Dengan kata lain, IFOV adalah suatu areal pada suatu permukaan bumi dalam mana gabungan/campuran brightness suatu permukaan diukur. Nilai kecerahan (brightness value) dari suatu pixel diperoleh dari BV-nya IFOV.  Akan tetapi ukuran pixel bisa lebih kecil atau lebih besar dari ukuran IFOV, tergantung dari bagaimana BV tersebut disampel (direkam) oleh sensor.  Perlu diperhatikan bahwa resolusi spasial dari suatu sistem cocok untuk suatu kepentingan tertentu sehingga obyek di permukaan bumi tidak hanya bisa dideteksi (detectable) tapi juga bisa diidentifikasi (recognizable) dan dianalisis. Detectability adalah kemampuan dari sistem penginderaan jauh untuk merekam keberadaan (eksistensi)  suatu obyek atau feature dalam suatu bentang alam (landscape). Sebagai contoh, jalan aspal yang walaupun mempunyai ukuran lebih kecil dari resolusi spasialnya, tetapi dapat juga direkam oleh sensor karena memberikan kontras (BV) yang tinggi.   Recognizability adalah kemampuan dari seorang interpreter (human interpreter) untuk mengidentifikasi (memberi nama) suatu obyek yang dideteksi oleh sensor.  Kemampuan ini merupakan fungsi dari pengalaman interpreter dan skala citra.





Halaman Lanjutan Klik disini


-----------------Semoga bermanfaat -----------------

0 comments:

Post a Comment